1. Sejarah Yahudi
Nabi Ibrahim as dilahirkan dan tumbuh di negeri Babilonia, suatu
negeri yang pada saat itu penduduknya melakukan berbagai bentuk
kemusyrikan, seperti menyembah batu, berhala, bintang. Semua penduduknya
pada saat itu mengingkari Allah swt kecuali Ibrahim, istrinya dan
keponakannya (Luth).
Berbagai upaya dilakukan olehnya untuk mendawahi mereka agar
menyembah Allah swt termasuk terhadap ayahnya sendiri dengan menjelaskan
kepada mereka bahwa apa yang mereka sembah tidaklah bisa memberikan
manfaat ataupun mudharat sedikit pun.
Ketika Ibrahim merasa bahwa da’wahnya kurang disambut maka mereka
berpindah ke negeri Syam (Palestina) dan menetap di daerah Nablus. Dan
pada saat Palestina diterpa musibah kelaparan dan biaya hidup begitu
tinggi maka mereka berpindah ke negeri Mesir. Dari Mesir mereka kembali
lagi ke Palestina.
Pada saat di Mesir, Ibrahim mendapatkan hadiah dari Fir’aun Mesir
seorang budak wanita yang bernama Hajar. Dan dari Hajar beliau as
mendapatkan Ismail yang kemudian dibawa oleh Ibrahim ke Mekah.
Sementara dari Sarah, Ibrahim mendapatkan Ishaq pada usianya yang
menginjak 100 tahun setelah 14 tahun kelahiran Ismail. Kemudian Ishaq
menikah dengan Rifqo binti Batwail di usia 40 tahun dan Ibrahim pada
saat itu masih hidup. Dari Batwail ini, beliau mendapatkan anak kembar
yang bernama ‘Aishu dan Ya’qub.
Allah memberikan kepada Ya’qub 12 orang anak, yaitu : Ruwaibil,
Syam’un, Luwa, Yahudza, Isakhar, Zailun, Yusuf, Benyamin, Dan, Naftli,
Had dan Asyir. Sementara yang paling dicintai oleh Ya’qub adalah Yusuf.
Hal ini membuat cemburu saudara-saudaranya yang akhirnya mereka
bersepakat untuk membuangnya ke sumur yang ditemukan oleh sekelompok
musafir dan dijadikan barang dagangan. Yusuf kemudian dibeli oleh
seorang penguasa Mesir dan istrinya dengan harga 20 dirham. Di negeri
Mesir, Yusuf mendapatkan kesuksesan dengan menjadi bendaharawan negara
dan ia pun mengajak ayah dan saudara-saudaranya untuk berpindah ke
Mesir.
Ketika Mesir berada dalam puncak kezhaliman yang dilakukan oleh
Fir’aun terhadap orang-orang Bani Israil dengan menyembelih anak-anak
lakinya dan membiarkan hidup anak-anak perempuan kemudian Allah swt
mengutus Musa as dan Harun untuk menda’wahi Fir’aun.
Upaya Musa dan Harun ini pun mendapat perlawanan yang luar biasa dan
keras dari Fir’aun dan para tukang sihirnya sehingga Musa dan
orang-orang yang beriman kepadanya melarikan diri. Pelarian diri mereka
pun dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya hingga sampai ke tepi lautan.
Allah memerintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke lautan sehingga
terdapat jalan untuk bisa dilintasi oleh Musa dan orang-orang yang
beriman sehingga selamat sampai di tepian, dan ketika Fir’aun serta
tentaranya yang ada di belakang mereka memasuki jalan tersebut maka Musa
memukulkan kembali tongkatnya ke lautan sehingga lautan itu menjadi
seperti sedia kala dan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya.
Kemudian Allah swt memerintahkan Musa dan orang-orang yang bersamanya
untuk keluar dari Mesir dan menuju Baitul Maqdis (Palestina). Di negeri
ini, Musa mendapatkan suatu kaum yang kuat dan gagah dari keturunan al
Haitsaniyin, al Fazariyin dan al Kan’aniyin dan yang lainnya. Musa pun
memerintahkan para pengikutnya untuk memasukinya serta memerangi mereka
namun mereka semua enggan dan tidak mau menuruti perintah nabinya
sehingga Allah menyesatkan mereka semua selama 40 tahun.
Pada masa 40 tahu didalam kesesatan ini Musa dan Harun meninggal
dunia sehingga kepeminpinan Bani Israil dipegang oleh Yusa’ bin Nuun
yang kemudian berhasil menundukkan Baitul Maqdis.
Setelah orang-orang Bani Israil menetap di Palestina, mereka mengalami tiga masa secara berturut-turut :
- Masa Kehakiman; dimana kebanyakan keturunan mereka mengembalikan segala putusan dari perkara yang diperselisihkan diantara mereka kepada satu orang hakim. Masa ini berlangsung hingga sekitar 400 tahun.
- Masa Menjadi Raja; sebagaimana firman Allah swt didalam surat al Baqoroh ayat 246 – 252. Allah menjadikan Thalut sebagai raja, kemudian Daud dan Sulaiman as.
- Masa Perpecahan; yaitu pada masa setelah Sulaiman as terjadi perselisihan antara Rahbi’an bin Sulaiman dengan Yarbi’an bin Nabat. Kemudian Rahbi’an dan keturunan Yahudza serta Benyamin mendirikan negara yang bernama Negara Yahudza yang dinisbahkan kepada Yahudza dari keturunan Daud dan Sulaiman. Ibu kota negara ini di Baitul Maqdis.
Sedangkan Yarbi’an bin Nabath dengan 10 keturunan yang tersisa
mendirikan negara Israil di sebelah Palestina bagian utara dengan ibu
kotanya adalah Nablus. Merekalah orang-orang yang kemudian dinamakan
dengan Syamir yang dinisbahkan kepada gunug di sana yang bernama Syamir.
Pada tahun 722 SM, negara Israil jatuh ke tangan orang-orang Asyuri
dibawah pimpinan raja mereka yang bernama Sarjun sedangkan negara Yahuza
jatuh ke tangan orang-oang Fira’unah pada tahun 603 SM.
Pada kira-kira tahun 586 SM Bukhtanshar (Nebukat Nashar), raja
Babilonia berhasil menduduki Palestina dan mengusir orang-orang
Fira’unah serta menghancurkan negara Yahudza dan memenjarakan
orang-orang Yahudi serta membawanya ke Babilonia, yang kemudian dikenal
dengan ‘Tawanan Bailonia’
Pada tahun 538 SM, raja Parsia yang bernama Kursy berhasil menaklukan
Babilonia sehingga melepaskan para tawanan Yahudi dan sebagian dari
mereka kembali lagi ke Palestina.
Pada tahun 135 SM, orang-orang Romawi pada masa kepemimpinan Adryan
berhasil memadamkan revolusi yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi
sehingga menghancurkan negeri. Orang-orang Romawi berhasil mengusir
mereka (Yahudi) dari sana dan menjadikan mereka terpecah-pecah di
berbagai tempat di bumi. Sebagaimana firman Allah swt
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ
إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَن يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ
لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأَرْضِ أُمَمًا مِّنْهُمُ
الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ
وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa
Sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai
hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang
seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksa-Nya, dan
Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Kami
bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya
ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan
Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al A’raf :
167 – 168)
Pada saat Palestina dibawah kekuasan Romawi ini, Allah swt mengutus
Isa as sebagai Rasul kepada Bani Israil, sebagaimana firman Allah swt
“Seorang rasul kepada Bani Israil” yang mengajak mereka untuk
memperbaiki berbagai kerusakan. Seruan ini disambut oleh sebagian
orang-orang Yahudi. Dan orang-orang Yahudi terpecah menjadi dua,
sebagaimana diberitakan Allah swt ;
فَآَمَنَت طَّائِفَةٌ مِّن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَت طَّائِفَةٌ
Artinya : “lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir.” (QS. Ash Shaff : 14)
Golongan yang pertama adalah orang-orang Nasrani sedangkan yang kedua adalah Yahudi.
Para tukang tenung dan ulama Yahudi mendatangi Raja Romawi agar
menangkap dan membunuh Isa as yang kemudian permintaan ini disambut oleh
raja, namun Allah swt mengangkat Isa dan menggantikannya dengan orang
yang mirip dengannya yang kemudian disalib, firman Allah swt :
إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
Artinya : “(ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, Sesungguhnya
aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku.” (QS. Al Imran : 55)
Artinya : “dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah
membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh
ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar
dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai
keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan
belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah
Isa.” (QS. An Nisaa : 157) (Disarikan dari Al Bidayah wan Nihayah dan
majdah.maktoob.com)
Kaum Muslimin Lebih Berhak Atas Yahudi Terhadap Palestina
Terhadap bumi Palestina maka kaum muslimin lebih berhak dibandingkan orang-orang Yahudi dikarenakan beberapa alasan :
- Sesungguhnya kaum musliminlah yang membebaskan Al Quds (Yerusalem) dari kehancuran yang dilakukan oleh orang-orang Romawi. Kaum muslimin tidak merebutnya dari orang-orang Yahudi. Setelah menguasai Palestina justru kaum muslimin menjaga gereja-gereja dan tempat-tempat ibadah mereka.
- Selama 12 abad kaum muslimin berada di Palestina dan menjadikan Baitul Maqdis sebagai ibu kota bagi mereka dan menjalani pemerintahan dengan cara-cara syari’ah serta menyirami buminya dengan berbagai kebaikan dan penuh ibadah kepada Allah swt. Mereka tidak pernah meruntuhkan kota atau membakarnya, mereka tidak pernah mengusir penduduknya yang non muslim bahkan mereka semua dapat hidup dengan rasa aman selama pemerintahan islam.
- Orang-orang Israil tidak mungkin bisa melakukan semua yang telah dilakukan pemerintahan islam disana, yang telah menyinarinya dengan berbagai kebaikan dan toleransi yang tinggi. Kaum muslimin melakukan itu semua dikarenakan aqidah dan keimanan mereka kepada para nabi Allah sementara orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang tidak mengimani risalah Isa dan juga Muhammad. (Al Quds Asy Syarif Haqoiqut Tarikh hal 4 -5)
- Risalah Muhammad saw adalah risalah yang meneruskan nabi-nabi termasuk Ibrahim, Ishaq, Yaqu, Musa dan Isa yang mereka semua juga dinamakan oleh Allah swt sebagai oorang-orang yang berserah diri (muslim) sehingga kaum muslimin lebih berhak mewarisi bumi Palestina daripada orang-orang Yahudi saat ini.
Dengan demikian kaum muslimin tidak rela apabila Al Quds diambil alih
oleh kaum yang suka melakukan krusakan di bumi, terlebih lagi akan
dibangunanya di sana Negara Palestina.
Wallahu A’alam.
2. Sepak terjang bangsa Yahudi
Bangsa Yahudi sangat terobsesi dengan kitab suci mereka yang bernama Talmud. Dimana sebagian isinya menganggap bahwa hanya merekalah satu-satunya bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menguasai dunia ini. Ini jelas telah menyimpang dari ajaran pokok kitab Taurat yang di turunkan Allah SWT kepada Nabi Musa AS. Orang yang berjasa membebaskan mereka dari cengkeraman keji raja Mesir, yaitu Fira`un.
Bangsa Yahudi sangat terobsesi dengan kitab suci mereka yang bernama Talmud. Dimana sebagian isinya menganggap bahwa hanya merekalah satu-satunya bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menguasai dunia ini. Ini jelas telah menyimpang dari ajaran pokok kitab Taurat yang di turunkan Allah SWT kepada Nabi Musa AS. Orang yang berjasa membebaskan mereka dari cengkeraman keji raja Mesir, yaitu Fira`un.
Sedari awal mereka telah membangkang dari kodrat-Nya dengan
mengingkari kenabian Ismail AS dan keturunannya. Mereka hanya menganggap
bahwa keturunan Nabi Ibrahim AS hanyalah Nabi Ishaq AS saja karena
berasal dari istri pertama Nabi Ibrahim AS, yaitu Sarah. Sedangkan Nabi
Ismail AS yang berasal dari istri kedua (Hajar) tidak pernah di akui
hingga kini.
Selain itu, bani Israel ini memang satu-satunya umat manusia yang
paling sulit di atur. Buktinya ketika mereka masih di bawah bimbingan
Nabi Musa AS saja telah begitu berani menentang perintah sang nabi.
Seperti saat Nabi Musa AS harus menyendiri di atas bukit Tursina untuk
mendapatkan petunjuk dari Allah. Mereka pun dengan berani melakukan
perbuatan syirik dengan menyembah patung sapi bikinan seorang penyihir
yang bernama Samiri. Meski telah di peringatkan oleh Nabi Harun AS,
mereka tetap tidak mau peduli, bahkan sang nabi pun akan mereka bunuh.
Atas kecongkakkan dan kesombongan ini, Tuhan pun murka kepada bani
Israel. Akibatnya, beratus-ratus tahun mereka harus menjadi warga negara
kelas bawah yang sering tertindas di negeri dimana mereka tinggal.
Meski sempat mempunyai kerajaan yang dibangun oleh Nabi Daud AS dan
mencapai masa keemasannya saat di tangan Nabi Sulaiman AS. Namun,
kerajaan ini kemudian pecah menjadi dua karena intrik, lalu menjadi
lemah dan akhirnya mereka pun di jajah oleh Fira`un Nekho. Diusir
sebagai orang buangan oleh raja Nebukadnezar dari bangsa Babilonia. Di
jajah lagi oleh bangsa Romawi. Dan di zaman moderen pun dibantai oleh
Nazi, Jerman.
Namun, meski hukuman itu adalah wujud nyata dari kemurkaan Tuhan, itu
tidak membuat mereka jera dan bertobat. Malah dihati bangsa ini menjadi
makin dendam untuk terus melawan Tuhan. Kecongkakkan mereka pun
semakin menggila dengan menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan Tuhan
satu-satunya dan paling berhak memerintah dunia ini, sedangkan bangsa
yang lain tidak masalah bila di jadikan sebagai budak yang setara dengan
binatang. Mereka pun dengan sombongnya telah bersumpah untuk memerangi
agama lain selain agama mereka dengan segala cara. Persis ketika Iblis
bersumpah kepada Tuhan untuk memperdayai anak cucu Adam AS sampai hari
kiamat nanti.
Untuk itu Allah SWT pun mengingatkan di dalam Al-Qur`an seperti pada surat Al-Baqarah [2] ayat 120:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka,…”
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka,…”
3. Tentang Zionisme
Awalnya Nabi Daud AS, yang juga seorang raja, menaklukkan bukit Zion yang merupakan benteng dari kaum Yabus. Setelah itu, Nabi Daud AS pun tinggal di benteng itu dan diberinya nama: “bandar Daud”.
Awalnya Nabi Daud AS, yang juga seorang raja, menaklukkan bukit Zion yang merupakan benteng dari kaum Yabus. Setelah itu, Nabi Daud AS pun tinggal di benteng itu dan diberinya nama: “bandar Daud”.
Sejak itu maka Zion menjadi tempat suci, dikeramatkan orang-orang
Yahudi yang mereka percayai bahwa Tuhan pun tinggal di tempat itu: “Indahkanlah suaramu untuk Tuhan Yang menetap di Zion” (Mazmur 9:11).
Walaupun Nabi Musa AS tidak pernah menginjakkan kaki beliau di sana,
namun orang-orang Yahudi menganggap bahwa Nabi Musa AS adalah pemimpin
pertama kaum Zionis. Sedangkan Zionisme ialah gerakan orang-orang Yahudi
yang bersifat ideologis untuk menetap di Palestina, yakni di bukit Zion
dan sekitarnya.
Untuk mencapai cita-citanya, Zionisme ini membangkitkan fanatisme
kebangsaan (keyahudian) dan keagamaan dengan mempergunakan cara
kekerasan untuk sampai kepada tujuannya. Zionisme memakai beberapa
tipudaya untuk mengurangi dan menghilangkan sama sekali penggunaan kata
“Palestina”, yakni mengganti dengan perkataan-perkataan lain yang
berkaitan dengan sejarah bangsa Yahudi di negeri itu. Digunakanlah nama
“Israel” untuk negara yang telah didirikan oleh mereka, sebab Zionisme
di Palestina identik dengan kekerasan, kezaliman dan kehancuran.
Kaum Zionis mengambil nama Israel adalah untuk siasat guna mengelabui
dan menipu publik bahwa negara Israel itu tidak akan menggunakan
cara-cara yang biasa digunakan oleh kaum Zionis. Padahal hakikatnya
secara substansial tidak ada perbedaan sama sekali antara Israel dengan
Zionisme. Israel sendiri berasal dari dua kata, “isra” yang mempunyai
arti hamba, dan “ell” yang berarti Allah.
Secara substansial protokol Zionisme adalah suatu konspirasi jahat
terhadap kemanusiaan. Protokol berarti pernyataan jika dinisbatkan
kepada para konseptornya, dan berarti laporan yang diterima serta di
dukung sebagai suatu keputusan jika dikaitkan pada muktamar di Bale,
Switzerland, tahun 1897, yang diprakarsai oleh Teodor Herzl.
Protokol-protokol itu yang sebagai dokumen rahasia disimpan di tempat
rahasia, namun beberapa diantaranya dibocorkan oleh seorang nyonya
berkebangsaan Perancis yang beragama Kristen di tahun 1901. Dalam
pertemuan antara nyonya itu dengan seorang pemimpin teras Zionis di
rumah rahasia golongan Mesonik di Paris, nyonya itu sempat melihat
sebagian dari protokol-protokol itu. Nyonya itu sangat terperanjat
setelah membaca isinya. Ia berhasil mencuri sebagian dari dokumen
rahasia itu, yang disampaikannya kepada Alex Nikola Nivieh, ketua dinas
rahasia Kekaisaran Rusia Timur.
Sebagian kecil dari protokol-protokol Zionisme itu seperti berikut ini:
“Manusia terbagi atas dua bagian, yaitu Yahudi dan non-Yahudi yang disebut Joyeem atau Umami. Jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni. Kaum Umami berasal-usul dari syaithan, dan tujuan penciptan Umami ini untuk berkhidmat kepada kaum Yahudi. Jadi kaum Yahudi merupakan pokok dari anasir kemanusiaan sedangkan kaum Umami adalah sebagai budak Yahudi. Kaum Yahudi boleh mencuri bahkan merampas harta benda kaum Umami, boleh menipu mereka, berbohong kepada mereka, boleh menganiaya, boleh membunuh serta memperkosa mereka”
“Manusia terbagi atas dua bagian, yaitu Yahudi dan non-Yahudi yang disebut Joyeem atau Umami. Jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni. Kaum Umami berasal-usul dari syaithan, dan tujuan penciptan Umami ini untuk berkhidmat kepada kaum Yahudi. Jadi kaum Yahudi merupakan pokok dari anasir kemanusiaan sedangkan kaum Umami adalah sebagai budak Yahudi. Kaum Yahudi boleh mencuri bahkan merampas harta benda kaum Umami, boleh menipu mereka, berbohong kepada mereka, boleh menganiaya, boleh membunuh serta memperkosa mereka”
Jadi, sesungguhnya tabiat asli kaum Yahudi ini bukan hanya ada
disebutkan dalam protokol dokumen rahasia Zionis tersebut, melainkan ini
adalah warisan turun temurun sejak cucu Nabi Ibrahim AS dari jalur Nabi
Ishaq AS ini mulai mengalami dekadensi (baca: busuk ke dalam)
sepeninggal Nabi Sulaiman AS. Ini di ungkap dalam Al-Qur`an surat
Ali-`Imraan [3] ayat 75:
“Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (manusia di luar kaum mereka). Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui”
“Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (manusia di luar kaum mereka). Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui”
Protokol Zionisme tentang faham jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa
Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni, sangatlah
menyimpang dari syari’at yang dibawakan oleh Nabi Musa AS. Mereka yang
menyimpang inilah yang dimaksud dalam Al-Qur`an surat Al-Fa-tihah [1]
ayat 7 sebagai “al-maghdhub” yang artinya “yang di murkai”.
Protokol-protokol Zionisme itu merancang juklatnya dengan menyebarkan
faham-faham yang bermacam-macam. Faham yang mereka tebarkan berbeda
dari masa ke masa. Suatu waktu mempublikasikan sekularisme kapitalisme,
suatu waktu menebar atheisme komunisme, suatu waktu berselubung agnostik
sosialisme. Dan untuk bisa menebarkan pengaruh di tingkat
internasional, protokol-protokol itu antara lain telah berisikan
perencanaan keuangan bagi kerajaan Yahudi Internasional yang menyangkut
mata uang, pinjaman-pinjaman, dan bursa. Media surat kabar adalah salah
satu kekuatan besar dan melalui jalan ini akan dapat memimpin dunia.
Manusia akan lebih mudah ditundukkan dengan bencana kemiskinan daripada
ditundukkan oleh undang-undang.
Pada tahun 1902 dokumen rahasia Zionis itu diterbitkan dalam bentuk
buku berbahasa Rusia oleh Prof. Nilus dengan judul ‘PROTOKOLAT
ZIONISME’. Dalam kata pengantarnya Prof. Nilus berseru kepada bangsanya
agar berhati-hati akan satu bahaya yang belum terjadi. Dengan seruan itu
terbongkarlah niat jahat Yahudi, dan huru-hura pun tak bisa
dikendalikan lagi, dimana saat itu telah terbantai lebih kurang 10.000
orang Yahudi. Theodor Herzl, tokoh Zionis Internasional berteriak geram
atas terbongkarnya Protokolat mereka yang amat rahasia itu, karena
tercuri dari pusat penyimpanannya yang dirahasiakan, dan
penyebarluasannya sebelum saatnya akan membawa bencana.
Peristiwa pembantaian atas orang-orang Yahudi itu mereka rahasiakan.
Lalu mereka bergegas membeli dan memborong habis semua buku itu dari
toko-toko buku. Untuk itu, mereka tidak segan-segan membuang beaya apa
saja yang ada, seperti; emas, perak, wanita, dan sarana apa saja, asal
naskah-naskah itu bisa disita oleh mereka.
Mereka juga menggunakan semua pengaruhnya di Inggris, supaya Inggris
mau menekan Rusia untuk menghentikan pembantaian terhadap orang-orang
Yahudi di sana. Semua itu bisa terlaksana setelah usaha yang amat berat.
Pada tahun 1905 kembali Prof. Nilus mencetak ulang buku itu dengan
amat cepat dan mengherankan. Pada tahun 1917 kembali dicetak lagi, akan
tetapi para pendukung Bolshvic menyita buku protokolat itu dan
melarangnya sampai saat ini. Namun sebuah naskah lolos dari Rusia dan
diselundupkan ke Inggris oleh seorang wartawan surat kabar Inggris ‘The
Morning Post’ yang bernama Victor E.Mars dan dalam usahanya memuat
berita revolusi Rusia. Ia segera mencarinya di perpustakaan Inggris,
maka didapatinya estimasi tentang akan terjadinya revolusi komunis. Ini
sebelum lima belas tahun terjadi, yakni di tahun 1901. Kemudian wartawan
itu menterjemahkan Protokolat Zionis itu ke dalam bahasa Inggris dan
dicetak pada tahun 1912.
Hingga kini tidak ada satu pun penerbit di Inggris yang berani
mencetak Protokolat Zionis itu, karena kuatnya pengaruh mereka di sana.
Demikian pula terjadi di Amerika. Kemudian buku itu muncul di Jerman
pada tahun 1919 dan tersebar luas ke beberapa negara. Akhirnya buku itu
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, antara lain oleh Muhammad Khalifah
At-Tunisi dan dimuat dalam majalah Mimbarusy-Syarq tahun 1950.
Perlu diketahui, bahwa tidak ada orang yang berani mempublikasikan
Protokolat itu, kecuali ia berani menghadapi tantangan dan kritik pedas
pada koran-koran mereka, sebagaimana yang dialami oleh penerjemah ke
dalam bahasa Arab yang dikecam dalam dua koran berbahasa Perancis yang
terbit di Mesir.
Setelah melalui proses yang amat panjang, akhirnya pada 14 Mei 1948
kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan kemerdekaan
ini, cita-cita orang-orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan
dunia untuk mendirikan negara sendiri, tercapai. Mereka berhasil
melaksanakan “amanat” yang disampaikan Theodore Herzl dalam tulisannya
Der Judenstaat (Negara Yahudi) sejak tahun 1896. Tidaklah mengherankan
jika di tengah-tengah negara-negara Timur Tengah yang mayoritas menganut
agama Islam, ada sekelompok manusia yang berkebudayaan dan bergaya
hidup Barat. Mereka adalah para imigran Yahudi yang didatangkan dari
berbagai negara di dunia karena mengalami pembantaian oleh penguasa
setempat.
Sejak awal Israel sudah tidak diterima kehadirannya di Palestina,
bahkan di daerah mana pun mereka berada. Karena merasa memiliki
keterikatan historis dengan Palestina, akhirnya mereka
berbondong-bondong datang ke Palestina. Imigrasi besar-besaran kaum
Yahudi ini terjadi sejak akhir tahun 1700-an. Akibat pembantaian yang
diderita, maka mereka pun merasa harus mencari tempat yang aman untuk
ditempati. Oleh Inggris mereka ditawarkan untuk memilih kawasan
Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati, dan Herzl lebih
memilih Palestina.
Herzl adalah The Founding Father of Zionism. Dia menggunakan zionisme
sebagai kendaraan politiknya dalam merebut Palestina. Kemampuannya
dalam melobi para penguasa dunia tidak diragukan lagi. Sederetan
orang-orang terkenal di dunia seperti Paus Roma, Kaisar Wilhelm Jerman,
Ratu Victoria Inggris, dan Sultan Turki di Istambul telah
ditaklukkannya. Zionisme adalah otak dalam perebutan wilayah Palestina
dan serangkaian pembantaian yang dilakukan Yahudi.
Dengan berdatangannya bangsa Yahudi ke Palestina secara
besar-besaran, telah menyebabkan kemarahan dari penduduk Palestina.
Gelombang pertama imigrasi Yahudi terjadi pada tahun 1882 hingga 1903.
Ketika itu sebanyak 25.000 orang Yahudi berhasil dipindahkan ke
Palestina. Mulailah terjadi perampasan tanah milik penduduk Palestina
oleh pendatang Yahudi. Bentrokan pun tidak dapat dihindari. Kemudian
gelombang kedua pun berlanjut pada tahun 1904 hingga 1914. Pada masa
inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai merebak.
Berdasarkan hasil perjanjian Sykes Picot tahun 1915 yang secara
rahasia dan sepihak telah menempatkan Palestina berada di bawah
kekuasaan Inggris. Dengan berlakunya sistem mandat atas Palestina,
Inggris membuka pintu lebar-lebar untuk para imigran Yahudi dan hal ini
memancing protes keras dari bangsa Palestina.
Aksi Inggris selanjutnya adalah memberikan persetujuannya melalui
Deklarasi Balfour pada tahun 1917 agar Yahudi mempunyai tempat tinggal
di Palestina. John Norton More dalam bukunya The Arab-Israeli Conflict
mengatakan bahwa Deklarasi Balfour telah menina-bobokan penguasa Arab
terhadap pengkhiatan Inggris yang menyerahkan Palestina kepada Zionis.
Pada tahun 1947 mandat Inggris atas Palestina berakhir dan PBB
mengambil alih kekuasaan. Resolusi DK PBB No. 181 (II) tanggal 29
November 1947 membagi Palestina menjadi tiga bagian. Hal ini mendapat
protes keras dari penduduk Palestina. Mereka menggelar demonstrasi
besar-besaran menentang kebijakan PBB ini. Bantuan dari beberapa negara
Arab dalam bentuk persenjataan perang mengalir ke Palestina. Namun. saat
itu pula menyusul pembubaran gerakan Ikhwanul Muslimin di
Mesir dan pembunuhan terhadap Hasan al-Banna yang banyak berperan dalam
membela Palestina dari cengkraman Israel. Lain halnya yang dilakukan
dengan bangsa Yahudi. Dengan suka cita mereka mengadakan perayaan atas
kemenangan besar ini.
Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah terlepas
dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah
akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses
yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Palestina menjadi negara
yang tercabik-cabik selama 30 tahun pendudukan Inggris. Sejak 1918
hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati
wilayah Palestina. Penjara-penjara dan kamp-kamp konsentrasi selalu
dipadati penduduk Palestina akibat pemberontakan yang mereka lakukan
dalam melawan kekejaman Israel.
Tahun 1956, Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel, setelah
gerakan Islam di kawasan Arab dipukul dan Abdul Qadir Audah, Muhammad
Firgholi, dan Yusuf Thol’at yang terlibat langsung dalam peperangan
dengan Yahudi di Palestina dihukum mati oleh rezim Mesir. Dan pada tahun
1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu
terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung
terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi. Tahun 1977, terjadi
serangan terhadap Libanon dan perjanjian Camp David yang disponsori
oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir.
Akhirnya pada Desember 1987, perjuangan rakyat Palestina terhimpun
dalam satu kekuatan setelah sekian lama melakukan perlawanan secara
sporadis terhadap Israel. Gerakan Intifadhah telah menyatukan
solidaritas rakyat Palestina. Intifadhah merupakan aksi pemberontakan
massal yang didukung massa dalam jumlah terbesar sejak tahun 1930-an.
Sifat perlawanan ini radikal revolusioner dalam bentuk aksi massal
rakyat sipil.
Adanya kehendak kolektif untuk memberontak sudah tidak dapat ditahan
lagi. Untuk tetap bertahan dalam skema transformasi masyarakat yang
menghindari aksi kekerasan, maka atas prakarsa Syekh Ahmad Yassin
dibentuklah HAMAS (Harakah al-Muqawwah al-Islamiyah) pada bulan
Januari 1988, sebagai wadah aspirasi rakyat Palestina yang bertujuan
mengusir Israel dari Palestina, mendirikan negara Islam Palestina, dan
memelihara kesucian Masjid Al-Aqsha. HAMAS merupakan “anak” dari Ikhwanul Muslimin karena para anggotanya berasal dari para pengikut gerakan Ikhwanul Muslimin.
Perlawanan terhadap Israel semakin gencar dilakukan dan mengakibatkan
kerugian material bagi Israel berupa kehancuran pertumbuhan ekonomi,
penurunan produksi industri dan pertanian, serta penurunan investasi.
Kerugian lainnya yaitu hilangnya ketenangan dan rasa aman bangsa Israel.
Namun, karena tokoh-tokoh Yahudi banyak terjun ke media massa,
terutama koran dan industri film. Hollywood misalnya didirikan oleh
Adolf Zuckjor bersaudara dan Samuel-Goldwyn- Meyer (MGM). Maka dominasi
yang luar biasa ini, membuat mereka berhasil mengubah bangsa Palestina
yang sebenarnya adalah korban dari kaum Zionis menjadi pihak ”penjahat”
di mata dunia.
Selain itu, apakah Anda tau siapa yang menguasai kantor-kantor berita
seperti Reuter, Assosiated Press, United Press International, surat
kabar Times dan jaringan telivisi terkenal dunia serta perusahaan film
di Hollywood? Semuanya adalah bangsa Yahudi. Reuter didirikan oleh
Yahudi Jerman, Julius Paul Reuter yang bernama asli Israel Beer
Josaphat. Melalui jaringan informasi dan media komunikasi massa inilah
mereka menciptakan image negatif terhadap Islam, seperti Islam
Fundamentalis, Islam Teroris, dan lain sebagainya. Demikian gencarnya
propaganda ini, sampai-sampai orang Islam sendiri ada yang phobia Islam.
4. Penutup
Tidak ada manipulasi sejarah yang lebih dahsyat dari pada yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina. Kongres Zionis I di Basle merupakan titik balik dari sejarah usaha perampasan tanah Palestina dari bangsa Arab. Namun hebatnya, para perampas ini tidak dianggap sebagai ”perampok” tetapi malahan dipuja-puja sebagai ”pahlawan” dan bangsa Arab yang melawannya dianggap sebagai ”teroris” atau penjahat yang perlu dihancurkan.
Tidak ada manipulasi sejarah yang lebih dahsyat dari pada yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina. Kongres Zionis I di Basle merupakan titik balik dari sejarah usaha perampasan tanah Palestina dari bangsa Arab. Namun hebatnya, para perampas ini tidak dianggap sebagai ”perampok” tetapi malahan dipuja-puja sebagai ”pahlawan” dan bangsa Arab yang melawannya dianggap sebagai ”teroris” atau penjahat yang perlu dihancurkan.
Salah satu kunci untuk memahami semua ini ialah karena sejak Kongres I
kaum Zionis sudah mengerti kunci dari perjuangan di abad 20, yakni:
diplomasi, lobi, dan penguasaan media massa. Herzl sebagai seorang
wartawan yang berpengalaman dengan tangkas memanfaatkan tiga senjata
handal dalam perjuangan politik abad moderen ini. Sejak Kongres I, dia
sangat rajin melobi para pembesar di Eropa, mendekati wartawan, dan
melancarkan diplomasi ke berbagai negara. Hasilnya sungguh luar biasa.
Zionisme lantas diterima sebagai gerakan politik yang sah bagi usaha
merampas tanah Palestina untuk bangsa Yahudi.
Edward Said, dalam bukunya Blaming The Victims secara jitu
mengungkapkan bagaimana media massa Amerika menciptakan gambaran negatif
bagi bangsa Palestina. Sekitar 25 persen wartawan di Washington dan New
York adalah Yahudi, sebaliknya hampir tidak ada koran atau TV Amerika
terkemuka yang mempunyai wartawan Arab atau Muslim. Kondisi ini berbeda
dengan media Eropa yang meskipun dalam jumlah terbatas masih memiliki
wartawan Arab atau muslim. Dengan demikian laporan tentang Palestina di
media Eropa secara umum lebih ”fair” daripada media Amerika.
Edward Said yang terkenal dengan bukunya Orientalism (Verso
1978), menguraikan apa yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa
Palestina merupakan praktik kaum Orientalis yang sangat nyata. Pertama,
sejarah ditulis ulang, yakni Palestina sebelum berdirnya Israel ialah:
wilayah tanpa bangsa untuk bangsa yang tidak mempunyai tanah air. Kedua,
bangsa Palestina yang menjadi korban dikesankan sebagai bangsa biadab
yang jadi penjahat. Ketiga, tanah Palestina hanya bisa makmur setelah
kaum Zionis berimigrasi ke sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar